Selasa, 04 Februari 2014

INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN
A. AKI (Angka kematian ibu )
1. Defenisi
· Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya
kematian perempuan pada saat hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelola
annya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup.
· Angka kematian ibu merupakan indikator
kesehatan yang cukup penting. Angka
kematian ibu diketahui dari jumlah kematian
karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas per
jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu
dalam waktu tertentu.
· Angka Kematian Ibu mencerminkan resiko
yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan
melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan
sosial ekonomi dan kesehatan menjelang
kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada
kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan prenatal dan obstetric.
2. Kegunaan
Informasi mengenai tingginya MMR akan
bermanfaat untuk pengembangan program
peningkatan kesehatan reproduksi, terutama
pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan
yang aman bebas risiko tinggi (making
pregnancy safer), program peningkatan jumlah
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan,
penyiapan sistim rujukan dalam penanganan
komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan
suami siaga dalam menyongsong kelahiran,
yang semuanya bertujuan untuk mengurangi
Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.
3. Cara Menghitung
mudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio
kematian ibu dan dinyatakan per 100.000
kelahiran hidup, dengan membagi angka
kematian dengan angka fertilitas umum.
Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu
kematian maternal per 100.000 kelahiran
4. Rumus
Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah
banyaknya kematian ibu yang disebabkan
karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari
setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di
daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi
yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah
tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
Contoh
Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka
Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio
(MMR) di Indonesia untuk periode
tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup.
5. Keterbatasan
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung
AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat
kejadian kematian ibu adalah kasus yang
jarang. Oleh karena itu kita umumnya
dignakan AKI yang telah tersedia untuk
keperluan pengembangan perencanaan
program.
B. AKB (angka kematian bayi )
1. Definisi
· Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyakn
ya kematian bayi berusia dibawah satu tahun,
per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu.
· Salah satu indikator yang paling menonjol
dalam menilai derajat kesehatan adalah Angka
Kematian Bayi (AKB = IMR). Angka Kematian
Bayi dihitung dari banyaknya kematian bayi
berusia kurang 1 tahun per 1000 kelahiran
hidup pada waktu yang sama. Manfaat dari IMR
ini, adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
permasalah kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan faktor penyebab kematian
bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi
ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA
dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi.
· Kematian bayi adalah kematian yang terjadi
antara saat setelah lahir sampai bayi belum
berusia tepat satu tahun.
· Angka kematian bayi diklasifikasikan
menjadi empat kelompok yaitu :
1. Rendah jika AKB kurang dari 20.
2. Sedang jika AKB antara 20 – 49.
3. Tinggi jika AKB antara 50 – 99.
4. Sangat Tinggi AKB lebih dari 100.
Cara Menghitung
Dimana:
AKB = Angka Kematian Bayi / Infant
Mortality Rate (IMR)
D 0-<1th =Jumlah Kematian Bayi (berumur
kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.
∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada
satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat
modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).
K = 1000
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi
antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor
yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara
garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian
bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut
dengan kematian neonatal; adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir,
yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-
natal, adalah kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu bulan sampai menjelang usia
satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan
luar.
2. Sumber Data
Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang
tersedia dari pencatatan atau registrasi
kependudukan, sehingga sering dibuat
perhitungan/estimasi tidak langsung dengan
program "Mortpak 4". Program ini menghitung
AKB berdasarkan data mengenai jumlah Anak
yang Lahirkan Hidup (ALH) atau Children Ever
Born (CEB) dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup
(AMH) atau Children Still Living (CSL) (catatan:
lihat definisi di modul fertilitas).
C. AKABA (angka kematian balita )
1. Konsep dan definisi
Akaba adalah jumlah anak yang dilahirkan pada
tahun tertentu dan meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai
angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif
Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 – 140
sedang dan < 20 rendah.
2. Manfaat
Indikator ini terkait langsung dengan target
kelangsungan hidup anak dan merefleksikan
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-
anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya. Akaba kerap dipakai untuk
mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk.
Mengingat kegiatan registrasi penduduk di
Indonesia belum sempurna sumber data ini
belum dapat dipakai untuk menghitung Akaba.
Sebagai gantinya Akaba dihitung berdasarkan
estimasi tidak langsung dari berbagai survei.
Brass.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Akab
a =
Banyaknya penduduk yang meninggal pada usia
kurang dari 5 tahun X
100
0 Banyaknya balita
Sumber data:
BPS (SP, SDKI, Kor Susenas) dan Departemen
Kesehatan
D. UHH ( usia harapan hidup )
1. Defenisi
Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate)
merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk
Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan
proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan
adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7
tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk
Indonesia membawa implikasi bertambahnya
jumlah lansia. Berdasarkan data, wanita
Indonesia yang memasuki masa menopause saat
ini semakim meningkat setiap tahunnya.
Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat
bertambahnya populasi penduduk usia lanjut
dan tingginya usia harapan hidup diiringi
membaiknya derajat kesehatan masyarakat.
2. Penyebab
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal
takdir tentunya, tergantung dari
Penyakit bawaan dari lahir: mereka yang diberi
berkah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk
menjalani hidup lebih panjang adalah orang-
orang yang terkait dengan rendahnya penyakit
degeneratif. Yaitu penyakit-penyakit yang
mengancam kehidupan manusia, seperti
penyakit kanker, jantung koroner, diabetes
dan stroke. Lingkungan tempat tinggal Stress
atau tekanan.

Senin, 24 Juni 2013

JANGAN PERNAH SENGAJA SAKITI HATI SESEORANG,,

☑ Jangan pernah sekali-kali memberi harapan kepada seseorang.
☑ Jika kita tak bersungguh-sung­guh punya niat untuk memberikannya.

☑ Jangan pernah sekali-kali menjanjikan sesuatu kepada seseorang.
☑ Jika kita tak yakin mampu untuk menepatinya.

☑ Dan Jangan pernah sekali-kali mempermainkan hati seseorang.
☑ Jika kita tak benar-benar menyayanginya.

✓ Kerana cepat ataupun lambat..
Kita pasti akan membuatnya kecewa dan menyakiti hatinya.

✓ Lebih baik membuat kecewa seseorang dengan sebuah kejujuran.

✓ Daripada berusaha membahagiakan seseorang dengan penuh kepura-puraan dan kebohongan.

Minggu, 02 Desember 2012

Kortikosteroid Topikal, Jenis Penggolongan dan Efek Sampingnya


Kortikosteroid topikal masih memegang peran besar dalam inflamasi kulit. Steroid topikal adalah bentuk topikal kortikosteroid. Steroid topikal adalah obat topikal yang paling sering diresepkan untuk pengobatan ruam, eksim dermatitis, dan. Steroid topikal memiliki sifat anti-inflamasi, dan diklasifikasikan berdasarkan kemampuan vasokonstriksi. Ada banyak produk steroid topikal. Semua persiapan di kelas masing-masing memiliki sifat anti-inflamasi yang sama, tetapi dasarnya berbeda dalam dasar dan harga. Namun ada kekhawatiran yang cukup besar, terkait efek samping. Dua yang terbesar adalah penipisan kulit dan efek sisitemik yaitu supresi HPA-axis dan sindrom Cushing.
Penggolongan menurut USA system
The USA system menggunakan 7 kelas, yang diklasifikasikan oleh kemampuan mereka untuk menyempitkan kapiler. Kelas I adalah yang terkuat atau superpotent. Kelas VII adalah yang paling lemah dan paling ringan.

Group I

Sangat poten dan kuat potensinya  600 kali lebihkuat dibandingkan hydrocortisone
  • Clobetasol propionate 0.05% (Dermovate)
  • Betamethasone dipropionate 0.05% (Diprolene)
  • Halobetasol proprionate 0.05% (Ultravate, Halox)
  • Diflorasone diacetate 0.05% (Psorcon)

Group II

  • Fluocinonide 0.05% (Lidex)
  • Halcinonide 0.05% (Halog)
  • Amcinonide 0.05% (Cyclocort)
  • Desoximetasone 0.25% (Topicort)

Group III

  • Triamcinolone acetonide 0.5% (Kenalog, Aristocort cream)
  • Mometasone furoate 0.1% (Elocon ointment)
  • Fluticasone propionate 0.005% (Cutivate)
  • Betamethasone dipropionate 0.05% (Diprosone)

Group IV

  • Fluocinolone acetonide 0.01-0.2% (Synalar, Synemol, Fluonid)
  • Hydrocortisone valerate 0.2% (Westcort)
  • Hydrocortisone butyrate 0.1% (Locoid)
  • Flurandrenolide 0.05% (Cordran)
  • Triamcinolone acetonide 0.1% (Kenalog, Aristocort A ointment)
  • Mometasone furoate 0.1% (Elocon cream, lotion)

Group V

  • Triamcinolone acetonide 0.1% (Kenalog, Aristocort,kenacort-a vail, cream, lotion)
  • Fluticasone propionate 0.05% (Cutivate cream)
  • Desonide 0.05% (Tridesilon, DesOwen ointment)
  • Fluocinolone acetonide 0.025% (Synalar, Synemol cream)
  • Hydrocortisone valerate 0.2% (Westcort cream)

Group VI

  • Alclometasone dipropionate 0.05% (Aclovate cream, ointment)
  • Triamcinolone acetonide 0.025% (Aristocort A cream, Kenalog lotion)
  • Fluocinolone acetonide 0.01% (Capex shampoo, Dermasmooth)
  • Desonide 0.05% (DesOwen cream, lotion)

Group VII

Kelas terlemah dari steroid topikal. Memiliki permeabilitas lipid yang lemah, dan tidak dapat menembus membran mukosa baik.
  • Hydrocortisone 2.5% (Hytone cream, lotion, ointment)
  • Hydrocortisone 1% (Many over-the-counter brands)

Penggolongan Steroid Topical sesuai Potensinya

Nama merek dagang Nama Generik
CLASS 1—Potensi sangat kuat
Clobex Lotion/Spray/Shampoo, 0.05% Clobetasol propionate
Cormax Cream/Solution, 0.05% Clobetasol propionate
Diprolene Ointment, 0.05% Betamethasone dipropionate
Olux E Foam, 0.05% Clobetasol propionate
Olux Foam, 0.05% Clobetasol propionate
Temovate Cream/Ointment/Solution, 0.05% Clobetasol propionate
Ultravate Cream/Ointment, 0.05% Halobetasol propionate
Vanos Cream, 0.1% Fluocinonide
Psorcon Ointment, 0.05% Diflorasone diacetate
Psorcon E Ointment, 0.05% Diflorasone diacetate
CLASS 2—Potensi Kuat
Diprolene Cream AF, 0.05% Betamethasone dipropionate
Elocon Ointment, 0.1% Mometasone furoate
Florone Ointment, 0.05% Diflorasone diacetate
Halog Ointment/Cream, 0.1% Halcinonide
Lidex Cream/Gel/Ointment, 0.05% Fluocinonide
Psorcon Cream, 0.05% Diflorasone diacetate
Topicort Cream/Ointment, 0.25% Desoximetasone
Topicort Gel, 0.05% Desoximetasone
CLASS 3—Potensi Sedang Kuat
Cutivate Ointment, 0.005% Fluticasone propionate
Lidex-E Cream, 0.05% Fluocinonide
Luxiq Foam, 0.12% Betamethasone valerate
Topicort LP Cream, 0.05% Desoximetasone
CLASS 4—Potensi Sedang Kuat
Cordran Ointment, 0.05% Flurandrenolide
Elocon Cream, 0.1% Mometasone furoate
Kenalog Cream/Spray, 0.1% Triamcinolone acetonide
Synalar Ointment, 0.03% Fluocinolone acetonide
Westcort Ointment, 0.2% Hydrocortisone valerate
CLASS 5—Potensi Sedang Lemah
Capex Shampoo, 0.01% Fluocinolone acetonide
Cordran Cream/Lotion/Tape, 0.05% Flurandrenolide
Cutivate Cream/Lotion, 0.05% Fluticasone propionate
DermAtop Cream, 0.1% Prednicarbate
DesOwen Lotion, 0.05% Desonide
Locoid Cream/Lotion/Ointment/Solution, 0.1% Hydrocortisone
Pandel Cream, 0.1% Hydrocortisone
Synalar Cream, 0.03%/0.01% Fluocinolone acetonide
Westcort Cream, 0.2% Hydrocortisone valerate
CLASS 6—Potensi Sedang
Aclovate Cream/Ointment, 0.05% Alclometasone dipropionate
Derma-Smoothe/FS Oil, 0.01% Fluocinolone acetonide
Desonate Gel, 0.05% Desonide
Synalar Cream/Solution, 0.01% Fluocinolone acetonide
Verdeso Foam, 0.05% Desonide
CLASS 7—Potensi Lemah
Cetacort Lotion, 0.5%/1% Hydrocortisone
Cortaid Cream/Spray/Ointment Hydrocortisone
Hytone Cream/Lotion, 1%/2.5% Hydrocortisone
Micort-HC Cream, 2%/2.5% Hydrocortisone
Nutracort Lotion, 1%/2.5% Hydrocortisone
Synacort Cream, 1%/2.5% Hydrocortisone
Karena risiko efek samping, banyak penelitian dilakukan untuk mencari derivate baru kortikosteroid, dengan tingkat keberhasilan bervariasi. Yang diinginkan tentunya obat dengan daya larut lemak lebih baik, aksi yang lebih terlokalisir, dan terbebas efek samping sistemik. Penelitian yang relatif baru menunjukkan bahwa derivate halogenasi dari androstan menunjukkan harapan. Fluticasone adalah salah satu kortikosteroid sintestis yang dikembangkan dari modifikasi struktur 19-carbon androstane.
Tidak seperti androstone original, fluticasone propionate sangat selektif terhadap reseptor glukokortikoid dan memiliki aktivitas androgenik yang bisa diabaikan. Fluticasone sangat lipofilik membuatnya waktu paruhnya panjang, sekitar 8-12 jam. Selain itu sangat tipis peluangnya diserap secara sistemik dan proses metabolisnya cepat.
Mekanisme Kerja
  • Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan bentuk, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein inimerupakan perantara efek fisiologis steroid.
  • Efek katabolik dari kortikosteroid bisadilihat pada kulit sebagai gambaran dasar dan sepanjang penyembuhan luka. Konsepnya berguna untuk memisahkan efek ke dalam sel atau struktur-struktur yang bertanggungjawab pada gambaran klinis ; keratinosik (atropi epidermal, re-epitalisasilambat), produksi fibrolast mengurangi kolagen dan bahan dasar (atropi dermal, striae),efek vaskuler kebanyakan berhubungan dengan jaringan konektif vaskuler (telangiektasis, purpura), dan kerusakan angiogenesis (pembentukan jaringan granulasiyang lambat).
  • Khasiat glukokortikoid adalah sebagai anti radang setempat, anti- proliferatif, dan imunosupresif. Melalui proses penetrasi, glukokortikoid masuk ke dalaminti sel-sel lesi, berikatan dengan kromatin gen tertentu, sehingga aktivitas sel-sel tersebutmengalami perubahan. Sel-sel ini dapat menghasilkan protein baru yang dapatmembentuk atau menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi, menghambat mitosis (anti- proliferatif), bergantung pada jenis dan stadium proses radang. Glukokotikoid juga dapatmengadakan stabilisasi membran lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan.
Glukokortikoid topikal
Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering dipakai. Glukokortikoid dapat menekan limfosit-limfosit tertentu yang merangsang proses radang.
Ada beberapa faktor yang menguntungkan pemakaiannya yaitu :
  1. Dalam konsentrasi relatif rendah dapat tercapai efek anti radang yang cukupmemadai
  2. Bila pilihan glukokortikoid tepat, pemakaiannya dapat dikatakan aman.
  3. Jarang terjadi dermatitis kontak alergik maupun toksik.
  4. Banyak kemasan yang dapat dipilih : krem, salep, semprot (spray), gel, losion,salep berlemak (fatty ointment).
Kortikosteroid mengurangi akses dari sejumlah limfosit ke daerah inflamasi didaerah yang menghasilkan vasokontriksi. Fagositosis dan stabilisasi membran lisosomyang menurun diakibatkan ketidakmampuan dari sel-sel efektor untuk degranulasi danmelepaskan sejumlah mediator inflamasi dan juga faktor yang berhubungan dengan efek anti-inflamasi kortikosteroid. Meskipun demikian, harus digaris bawahi di sini bahwa khasiat utama anti radang bersifat menghambat : tanda-tanda radang untuk sementaradiredakan. Perlu diingat bahwa penyebabnya tidak diberantas, maka bila pengobatandihentikan, penyakit akan kambuh.Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan penetrasi.
  • Potensi kortikosteroid ditentukan berdasarkan kemampuan menyebabkanvasokontriksi pada kulit hewan percobaan dan pada manusia. Jelas ada hubungan denganstruktur kimiawi. Kortison, misalnya, tidak berkhasiat secara topikal, karena kortison didalam tubuh mengalami transformasi menjadi dihidrokortison, sedangkan di kulit tidak menjadi proses itu. Hidrokortison efektif secara topikal mulai konsentrasi 1%.
Penetrasi Ke kulit
  • Sejak tahun 1958, molekul hidrokortison banyak mengalami perubahan. Pada umumnya molekul hidrokortison yang mengandung fluor digolongkan kortikosteroid poten. Penetrasi perkutan lebih baik apabila yang dipakai adalah vehikulum yang bersifattertutup. Di antara jenis kemasan yang tersedia yaitu krem, gel, lotion, salep, fattyointment (paling baik penetrasinya).
  • Kortikosteroid hanya sedikit diabsorpsi setelah pemberian pada kulit normal, misalnya, kira-kira 1% dari dosis larutan hidrokortison yang diberikan pada lengan bawah ventral diabsorpsi.
  • Dibandingkan absorpsi di daerah lengan bawah, hidrokortison diabsorpsi 0,14 kali yang melalui daerah telapak kaki, 0,83kali yang melalui daerah telapak tangan, 3,5 kali yang melalui tengkorak kepala, 6 kali yang melalui dahi, 9 kali melalui vulva, dan 42 kali melalui kulit scrotum.
  • Penetrasi ditingkatkan beberapa kali pada daerah kulit yang terinfeksi dermatitis atopik dan pada penyakit eksfoliatif berat, seperti psoriasis eritodermik, tampaknya sedikit sawar untuk penetrasi.
  • Secara keseluruhan, kortikosteroid topikal berhubungan dengan empat hal yaitu vasokontriksi, efek anti-proliferasi, immunosupresan, dan efek anti-inflamasi.
  • Steroid topikal menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah di bagian superfisialdermis, yang akan mengurangi eritema. Kemampuan untuk menyebabkan vasokontriksiini biasanya berhubungan dengan potensi anti-inflamasi, dan biasanya vasokontriksi inidigunakan sebagai suatu tanda untuk mengetahui aktivitas klinik dari suatu agen.
  • Efek anti-proliferatif kortikosteroid topikal diperantarai dengan inhibisi dari sintesis danmitosis DNA. Kontrol dan proliferasi seluler merupakan suatu proses kompleks yangterdiri dari penurunan dari pengaruh stimulasi yang telah dinetralisir oleh berbagai faktor inhibitor. Proses-proses ini mungkin dipengaruhi oleh kortikosteroid. Glukokortikoid jugadapat mengadakan stabilisasi membran lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan. Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya. Mekanisme yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi menunjukkan bahwakortikosteroid bisa menyebabkan pengurangan sel mast pada kulit. Hal ini bisamenjelaskan penggunaan kortikosteroid topikal pada terapi urtikaria pigmentosa.
  • Mekanisme sebenarnya dari efek anti-inflamasi sangat kompleks dan kurang dimengerti.Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-inflamasinya denganmenghibisi pembentukan prostaglandin dan derivat lain pada jalur asam arakidonik.
  • Mekanisme lain yang turut memberikan efek anti-inflamasi kortikosteroid adalahmenghibisi proses fagositosis dan menstabilisasi membran lisosom dari sel-selfagosit.
Penggunaan Kortikosteroid Topikal
  • Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihanuntuk suatu penyakit kulit. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatankausal.
  • Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid topikal adalah psoriasis,dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dandermatitis solaris (fotodermatitis).
  • Pada dermatitis atopik yang penyebabnya belum diketahui, kortikosteroid dipakai dengan harapan agar remisi lebih cepat terjadi.
  • Dermatosis yang kurang responsif ialah lupus erimatousus diskoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosislipiodika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid,eksantema fikstum.
  • Pada umumnya dipilih kortikosteroid topikal yang sesuai, aman, efek sampingsedikit dan harga murah ; disamping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan,yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas tidaknya lesi, dalam dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi.
  • Perlu juga dipertimbangkan umur penderita.
  • Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3 kali per hari sampai penyakittersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis adalahmenurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang berupa toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul kembali dan akan menghilanglagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.
Ada beberapa cara pemakaian dari kortikosteroid topikal, yakni :
  • Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.
  • Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per minggu,sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik, pilihlahsalah satu dari golongan sedang dan bila perlu diteruskan denganhidrokortison asetat 1%.
  • Jangan menyangka bahwa kortikosteroid topikal adalah obat mujarab untuk semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu dermatosis tidak jelas, jangan pakai kortikosteroid poten karena hal ini dapat mengaburkanruam khas suatu dermatosis. Tinea dan scabies incognito adalah tinea danscabies dengan gambaran klinik tidak khas disebabkan pemakaian kortikosteroid.

Efek Samping

File:Atrophied skin.png
Lengan bawah wanita usia  47 tahun yang menunjukkan kerusakan kulit karena penggunaan topical steroid
Secara umum efek samping dari kortikosteroid topikal termasuk atrofi, striaeatrofise, telangiektasis, purpura, dermatosis akneformis, hipertrikosis setempat,hipopigmentasi, dermatitis peroral.
Efek samping dapat terjadi apabila :
  • Penggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan.
  • Penggunaan kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan sangat oklusif. Efek samping yang tidak diinginkan adalah berhubungan dengan sifat potensiasinya, tetapi belum dibuktikan kemungkinan efek samping yang terpisah dari potensi, kecuali mungkin merujuk kepada supresi dari adrenokortikal sistemik. Denganini efek samping hanya bisa dielakkan sama ada dengan bergantung pada steroid yanglebih lemah atau mengetahui dengan pasti tentang cara penggunaan, kapan, dan dimana harus digunakan jika menggunaka
 Efek Samping Kortikosteroid topical
  • Diabetes Melitus
  • osteoporosis  
  • Dermatitis kontak alergi
  • steroid atrofi  
Efek samping kortikosteroid kepada beberapa tingkat:
  • Efek Epidermal Penipisan epidermal yang disertai dengan peningkatan aktivitas kinetik dermal,suatu penurunan ketebalan rata-rata lapisan keratosit, dengan pendataran darikonvulsi dermo-epidermal. Efek ini bisa dicegah dengan penggunaan tretino intopikal secara konkomitan. Inhibisi dari melanosit, suatu keadaan seperti vitiligo, telah ditemukan.Komplikasi ini muncul pada keadaan oklusi steroid atau injeksi steroid intrakutan.
  • Efek Dermal Terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada substansi dasar. Inimenyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulator dermal yang lemah akanmenyebabkan mudah ruptur jika terjadi trauma atau terpotong. Pendarahan intradermalyang terjadi akan menyebar dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. Ininantinya akan terserap dan membentuk jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usiakulit prematur.
  • Efek Vaskular Efek ini termasuk Vasodilatasi yang terfiksasi. Kortikosteroid pada awalnya menyebabkanvasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di superfisial. Fenomena rebound. Vasokontriksi yang lama akan menyebabkan pembuluh darahyang kecil mengalami dilatasi berlebihan, yang bisa mengakibatkan edema,inflamasi lanjut, dan kadang-kadang pustulasi.
  • Ketergantungan atau Rebound: sindrom penarikan kortikosteroid adalah kejadian sering terlihat, juga disebut “Sindrom Kulit Merah”. Penghentian total steroid adalah wajib dan, sementara reversibel, dapat menjadi proses yang berkepanjangan dan sulit diatasi
  • Terlalu sering menggunakan steroid topikal dapat menyebabkan dermatitis. Penarikan seluruh penggunaan steroid topikal dapat menghilangkan dermatitis.
  • Dermatitis perioral: Ini adalah ruam yang terjadi di sekitar mulut dan daerah mata yang telah dikaitkan dengan steroid topikal.  
  • Efek pada mata. Tetes steroid topikal yang sering digunakan setelah operasi mata tetapi juga dapat meningkatkan tekanan intra-okular (TIO) dan meningkatkan risiko glaukoma, katarak, retinopati serta efek samping sistemik
  • Tachyphylaxis: Perkembangan akut toleransi terhadap aksi dari obat setelah dosis berulang  tachyphylaxis signifikan dapat terjadi dari hari ke hari 4 terapi. Pemulihan biasanya terjadi setelah istirahat 3 sampai 4 hari. Hal ini mengakibatkan terapi seperti 3 hari, 4 hari libur, atau satu minggu pada terapi, dan satu minggu off terapi.  
  • Efek samping lokal: Ini termasuk hipertrikosis wajah, folikulitis, miliaria, ulkus kelamin, dan granuloma infantum gluteale.
  • Penggunaan jangka panjang mengakibatkan Scabies Norwegia, sarkoma Kaposi, dan dermatosis yang tidak biasa lainnya.
  • Jamkhedkar Preeta dkk tahun 1996 pernah melakukan studi untuk mengevaluasi keamanan dan tolerabilitas fluticasone ini dalam terapi eksim dan psoriasis. Fluticasone propionate 0.05% dibandingkan dengan krim betamethasone valerate 0,12%. Ada 107 pasien yang menyelesaikan studi, 61 menderita psoriasis dan 46 menderita eksim.
  • Secara efikasi dan afinitas, fluticasone propionate maupun betamethasone valerate menunjukkan hasil yang setara. Penipisan kulit, setelah dilakukan ultrasound atau biopsi tidak signifikan dibandingkan placebo dalam terapi lebih dari 8 minggu, dengan sekali terapi sehari. Fluticasone propionate sama sekali tidak menimbulkan efek samping sistemik berupa supresi HPA-axis.
  • Studi untuk menilai efek samping penggunaan fluticasone propionate, dalam hal ini supresi HPA-axis, dilakukan oleh Hebert dkk dari University of Texas-Houston Medical School. Studi dilakukan pada anak-anak (3 bulan-6 tahun) penderita dermatitis atopik skala luas, yakni hampir 65% permukaan kulit mendapat terapi. Penilaian studi adalah absennya supresi adrenal dengan pemberian fluticasone propionate 0,05%. Ternyata tidak ada perbedaan signifikan dalam kadar kortisol rata-rata, sebelum dan setelah terapi. Pada pasien usia 3 bulan, fluticasone tidak berimbas pada fungsi HPA axis serta tidak menyebabkan penipisan kulit meskipun diberikan fluticasone secara ekstensif.
  • Kortikosteroid topikal tidak seharusnya dipakai sewaktu hamil kecuali dinyatakan perlu atau sesuai oleh dokter untuk wanita yang hamil. Percobaan pada hewanmenunjukkan penggunaan kortikosteroid pada kulit hewan hamil akan menyebabkan abnormalitas pada pertumbuhan fetus. Percobaan pada hewan tidak ada kaitan dengan efek pada manusia, tetapi mungkin ada sedikit resiko apabila steroid yang mencukupi diabsorbsi di kulit memasuki aliran darah wanita hamil. Oleh karena itu, penggunaan kortikosteroid topikal pada waktu hamil harus dihindari kecuali mendapat nasehat daridokter untuk menggunakannya. Begitu juga pada waktu menyusui, penggunaankortikosteroid topikal harus dihindari dan diperhatikan. Kortikosteroid juga hati-hati digunakan pada anak-anak

Rabu, 07 November 2012

[Leeteuk "Super Junior", Super Leader dari Super junior Boyband



 LEADER Super, mungkin  gelar yang layak disematkan pada Park Jung Soo alias Leeteuk, leader Super Junior.
Kalau ada polling leader terbaik di area K Pop  dan cabangnya, lelaki kelahiran 1 Juli 1983 ini juga selalu masuk jajaran utama, bahkan seringnya juara.
Apa kelebihan Leeteuk? Secara nyata sulit menjabarkannya hanya dilihat dari fisik.
Leeteuk tidak terlihat serius, tidak terlihat galak, malah cenderung kocak, suka terkikik, dan agak konyol. Perannya sebagai panelis dan MC di berbagai acara juga menyamarkan ketegasan, kegigihan, serta kedisiplinannya sebagai seorang leader. Tapi ya semua yang tak kasat mata, bukan berarti tidak bisa dirasa dan diendus, apalagi oleh ELF.
Dari obrolan personel Super Junior, Leeteuk digambarkan dalam beberapa dimensi. Bagi Heechul, Leeteuk sahabat yang dewasa, meski banyak tahun dilalui dengan berjarak, tapi dua tahun terakhir mereka begitu hangat, ada satu masa saat Super Show 3, Leeteuk dan Heechul berbagi rasa soal masa depan SuJu, soal pribadi dan lain-lain.
Intinya Leeteuk pun akhirnya mampu menaklukkan dan mengisi hati Heechul yang dikenal berperangai tertutup. Untuk para magnae Ryeowook dan Kyuhyun, Leeteuk punya peran penting. Ryeowook yang tertutup dan cenderung pemalu, bisa bercerita bebas dan mencurahkan ketakutannya akan masa depan, karier dll pada sang leader, dan itu sedikit banyak membentuk Ryeowook menjadi lebih ceria seperti sekarang.
Kyuhyun  yang diluar SuJu bersahabat denganan dengan Changmin TVXQ dan anak-anak SHINee, kala gundah dan butuh tempat curhat saat tengah berpergian dengan SuJu M, selalu ingat dan menelepon Leeteuk.
Kadang saat kedua leader dan magnae bersatu, seperti melihat ayah dan anak. Yang satu mengagumi dan menyayangi yang lain. Donghae, Siwon, dan Eunhyuk sudah jangan ditanya. Sejak masa training Eunhyuk, Donghae selalu ngintilin Leteeuk kemanapun pergi. Eunhyuk dan Donghae paling sering memberi tweet dan pesan-pesan suportif untuk sang leader.
Siwon pernah memasang badan demi Leeteuk di Star King saat lomba menjepit wajah (dengan jepitan jemuran—red). Yang lain, Yesung, Kangin, Shindong, dan Sungmin juga dekat, bahkan dari forum-forum ELF disebut kalau ada pertengkaran line 83 (Leeteuk-Heechul) pasti mereka berdiri di belakang Leeteuk.
Jelas ini tidak serius, karena sampai sekarang persaudaraan antara personel SuJu dikenal paling lekat dan luar biasa. Bagaimana tidak para saudara perempuan dan para orang tua mereka saja sampai sering kumpul-kumpul. Ibunda Leeteuk, Sungmin, dan Kyuhyun bahkan mendirikan kafe bersama.
Kembali soal Leetuk. Apa hebatnya sang leader? Jelas hebat. Dia mempertahankan Super Junior sedemikian rupa hingga bertahan lebih dari 6 tahun dengan grafik terus meningkat. Saat anggota satu per satu vakum dengan atau tanpa masalah yang memanas di media, Leeteuk tetap berdiri tenang dan menjaga kekompakan tim.
Kalau sekarang sih mungkin sudah biasa ada boyband atau girlband dengan banyak anggota. Coba kita bayangkan yang terjadi pada Leeteuk saat tahun 2005? Bagaimana menjadi penengah antara anggota, bagaimana mengatur latihan, bagaimana dia membagi waktu antara grup dan aktivitas solo? Semua pasti geleng-geleng kepala karena hingga tahun ini Super Junior malah mendunia.
Meski ada yang tidak aktif, semua tetap terhitung anggota. Bahkan ketika Hankyung atau Hangeng hengkang, Leeteuk tetap mengatakan selalu ada tempat di Super Junior untuk Hangeng. Leeteuk juga yang nggak pernah terpengaruh soal penolakan terhadap Zhou Mi dan Henry. Meski tak bersuara, Leeteuk memperlakukan Henry dan Zhou Mi sama baiknya. Semua kedekatan itu terlihat  ketika Leeteuk nge-tweet Henry soal lagu karangan mereka bersama.
Leeteuk juga tampak akrab dengan Zhou Mi dalam satu acara yang dibawakan Zhou Mi untuk televisi China.  Bagaimana sebenernya sikap Leeteuk sebagai leader. “Dia terlihat sangat konyol saat tampil di berbagai acara, tapi begitu tak ada kamera dia begitu serius,“ jelas beberapa anggota di beberapa acara berbeda.
Selalu ada panggilan ke kamar Leeteuk saat kelar show. Baik itu untuk semua anggota atau satu per satu anggota yang dianggap melakukan kesalahan, hehehehe galak! Tapi dukungan dan harapan para anggota pada Leeteuk sendiri sepertinya bersambut. Leeteuk selalu menyampaikan harapannya soal kelangsung Super Junior hingga 5, 10, bahkan puluhan tahun berikutnya.
“Ini cuma "and" bukan "end".” Itu kalimat yang selalu dia ucapkan. Dan, sepertinya ELF pun mengharapkan hal yang sama, Super Junior selalu bersama. SuJu dan Elf selamanya! AMIN

Sebab-sebab Terjadinya Kenakalan Remaja

  1. Faktor Internal (Dalam)
a. Reaksi frustasi diri
Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan, frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.
b. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja
Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran semua.
Tanggapan anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.
c. Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja
Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi yang wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.
d. Gangguan perasaan pada anak remaja
Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan fungsi perasaan itu antara lain :
1) Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa dikekang.
2) Labilitas emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.
3) Ketidak pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.
4) Kecemasan merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.
  1. Faktor Eksternal (Luar)
Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang dari luar anak tersebut, antara lain :
a. Keluarga
Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
Struktur keluarga anak nakal pada umumnya menunjuk­kan beberapa kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah seba­gai berikut:
1) Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan anaknya.
2) Ibu kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewa­nitaan dan keibuannya; mereka lebih banyak memiliki sifat ke jantan-jantanan.
3) Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi ke­butuhan anak-anaknya, baik yang fisik maupun yang psikis sifatnya.
4) Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsis­ten, sangat mudah berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak bertanggung jawab secara moral.
Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mereka menolak anak laki-lakinya.
2) Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya, tidak perduli, dan sewenang-wenang ter­hadap anak dan istrinya.
3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada anak dan istrinya.
4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.
5) Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak kon­sisten.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :
1) Rumah tangga berantakan. Bila rumah tangga terus ­menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan akhirnya mengalami perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi semua anggota keluarga, terutama anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan anak menjadi sangat bingung, dan merasa­kan ketidakpastian emosional. Dengan rasa cemas, marah dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu. Mereka tidak tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap lingkungan.
2) Perlindungan-lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan menghin­darkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup belajar mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan - orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan diri­nya menjadi hilang.
3) Penolakan orang tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu. Me­reka ingin terus melanjutkan kebiasaan hidup yang lama, bersenang-senang sendiri seperti sebelum kawin. Mereka tidak mau memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab selaku orang dewasa dan orang tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban, sebagai hambatan dalam meniti karir mereka. Anak me­reka anggap cuma menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.
4) Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup, senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap rokok ber­ganja, bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya) dari orang tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada anak. Anak jadi ikut-­ikutan kriminal dan a-susila, atau menjadi anti-sosial. Dengan be­gitu kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.
b. Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan
Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai "sekolah dengar" daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.
Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis.
Di kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang "tidak adil". Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di pihak lain anak­ dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem regimentasi dan sistem sekolah-dengar.
Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki de­dikasi pada profesi, dan tidak menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pe­ngajar hanya berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan ­masalah mengajar atau mengoperkan informasi belaka.
c. Media elektronik
Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.
d. Pengaruh pergaulan
Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui telefon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya. Semua ­faktor ini menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman pergaulannya.

Semoga Remaja yang lainnya tidak pernah melakukan kenakalan-kenakalan seperti diatas dan menjadi seorang remaja yang berbudi pekerti baik,taat pada peraturan,orangtua,guru,selalu disiplin serta cerdas dan berinovativ memajukan bangsa kita INDONESIA Amien................